Blog

Bersama Perempuan Melestarikan Budaya Lokal di Era Transformasi Digital

Ditulis oleh: Yurike Egieyana

Berbicara tentang perempuan menimbulkan banyak stigma yang beredar di kalangan masyarakat terkait perempuan yang dianggap makhluk yang lemah hingga lahirnya gerakan emansipasi wanita. Emansipasi wanita merupakan usaha untuk menuntut persamaan hak-hak bagi kaum wanita terhadap hak-hak kaum pria dalam berbagai bidang yang bertujuan memberi wanita kesempatan untuk bekerja dan belajar. Sebagai perempuan yang menuntut emansipasi, maka perempuan perlu untuk membuktikan kepantasan seorang perempuan untuk berkontribusi dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya dalam melestarikan budaya Indonesia.

Indonesia merupakan negara dengan keragaman budaya lokal. Budaya adalah cara hidup yang berkembang dalam masyarakat dan telah diwariskan dari generasi ke generasi, yang tentunya budaya di masing-masing daerah berbeda. Salah satu contohnya ialah perbedaan pernikahan adat Jawa dan Sunda dari segi pakaian pengantin. Pernikahan adat Jawa Solo untuk pria biasanya menggunakan samping, terbuka di bagian dada, dan pengantin wanita mengenakan kain yang dililit dan pakaiannya berbentuk seperti kemben atau selendang. Pernikahan adat Jawa Solo ini dilaksanakan oleh masyarakat di wilayah Jawa Tengah. Sedangkan pernikahan adat Sunda untuk pria menggunakan penutup kepala yang disebut Bendo, baju tertutup, celana panjang, menggunakan beskap, dan untuk pengantin wanita mengenakan Kebaya. Pernikahan dengan adat Sunda ini dilaksanakan oleh masyarakat di wilayah Jawa Barat.

Keanekaragaman budaya lokal tersebut menjadi identitas bangsa Indonesia yang harus dilestarikan. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, banyak budaya asing yang masuk di Indonesia, akibatnya masyarakat cenderung memilih budaya asing karena dianggap lebih modern dibandingkan dengan budaya lokal. Tantangan melestarikan budaya lokal menjadi lebih berat, karena derasnya alur ideologi luar yang masuk ke Indonesia. Di era transformasi digital sekarang, perempuan bisa berperan dalam melestarikan budaya lokal. Perempuan saat ini bukanlah seorang kapitalis, mereka adalah para perempuan yang mampu memanfaatkan teknologi digital sebagai upaya melestarikan budaya lokal. Jika dahulu perjuangan R.A. Kartini hanya melalui kertas dan pena, saat ini perempuan dapat ikut serta dalam meneruskan perjuangan R.A. Kartini melalui platform digital. Contoh salah satu platform digital yang disediakan khusus untuk bidang kebudayaan lokal adalah portal berita milik PDBI  (Perpustakaan Digital Budaya Indonesia) yang beralamatkan budaya-indonesia.org Para perempuan dapat berkontribusi dengan mengunggah resep masakan tradisional nusantara, cara mempadukan busana tradisional seperti kebaya menjadi lebih modern, berbagi cerita pengalaman pernikahan dengan adat tertentu, dan masih banyak lagi yang dapat diunggah mengenai kebudayaan lokal. Dengan adanya platform tersebut diharapkan masyarakat di era sekarang menjadi lebih paham akan keanekaragaman budaya di Indonesia yang menjadi identitas Bangsa Indonesia, dan harus kita lestarikan.


Referensi:

Arfina, S. K. (2022). Pengaruh Masuknya Budaya Asing Terhadap Nilai-Nilai Pancasila Pada Era Milenial. Jurnal Kewarganegaraan, 6, 2150-2152.

Fitri, D. (2020, 4 13). Eksistensi dan Emansipasi Wanita Masa Kini. Retrieved from IBTimes.ID : https://ibtimes.id/category/insight/perspektif/

Musthofa, B. (2020). Model Strategi Pelestarian Budaya Betawi di Era Teknologi Informasi dan Komunikasi Masa Kini. Jurnal Sosial Humaniora Terapan, 2, 148.

Rodiyah, R. (2018). Peran Perempuan dalam Melestarikan Berbagai Tradisi Lokal. Tsaqofah dan Tarikh, 1-2.

Halaman Terkait:

Perpustakaan Digital Budaya Indonesia

Artikel Sebelumnya

[Press Release] PESTARAMA#7: Doa untuk Wisran Hadi

Artikel Selanjutnya

Batakologi buka Pendaftaran Relawan!

Tidak Ada Komentar

Tinggalkan komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.