#KodeNusantaraBeritaRisalah Ilmiah

Tahun Baru Jawa

Selain 1 Sura, ternyata ada pula yang menyatakan bahwa Tahun Baru Jawa itu jatuh pada tanggal 22 Juni sesuai dengan informasi yang tertulis di Islam Indonesia. Mengapa demikian? Ada 1 Sura dan 22 Juni lalu bagaimana penjelasannya untuk hal tersebut?

Jawabnya, dari hubungan tanggal 22 Juni itu dengan peredaran matahari. Sistem kalender solar inilah titi mangsa yang digunakan orang Jawa asli.

Seperti diketahui, kita yang berada di Indonesia saat ini paling tidak mengenal empat macam tahun yang berbeda-beda, di antaranya Tahun Masehi, Tahun Hijriyah, Tahun Jawa, dan Tahun Imlek. Tahun Masehi didasarkan atas perputaran bumi mengitari matahari yang dikenal dengan tahun matahari, dan berkaitan dengan musim, sementara Tahun Hijriyah dan Tahun Jawa didasarkan pada perputaran bulan mengelilingi bumi dan tidak berkaitan dengan musim. Tahun yang berdasarkan perputaran matahari dan bulan memiliki perbedaan jumlah hari setiap tahunnya. Untuk tahun matahari, setiap tahunnya berjumlah 365/366 hari, sementara untuk tahun bulan, memiliki 354 hari per tahun.

Tahun baru Jawa seharusnya diperingati setiap tanggal 22 Juni bukan setiap tanggal 1 Sura karena sejatinya orang Jawa menganut penanggalan matahari/Saka bukan penanggalan bulan/Candra/Hijriyah. Tahun Saka selalu sama dengan kalender Masehi, maka seharusnya Tahun Baru Jawa selalu sama tanggalnya dari tahun ke tahun, bukan maju 10 hari tiap tahun seperti sekarang. Waktu itu sudah banyak orang Jawa yang rib-iriban sehingga fatwa Sultan Agung bisa diterima dan cepat menyebar namun masih ada juga orang Jawa yang ngugemi penanggalan Saka sehingga berlanjut sampai sekarang.

Jauh sebelum India, Arab dan Yunani menemukan sistem perkalenderan mereka, secara garis besar Nusantaralah sebenarnya yang telah mempelopori budaya astronomi dunia, dan memang telah ditemukan kalender yang berusia ratusan ribu tahun yang berasal dari peradaban Atlantis yaitu Nusantara. Nama-nama hari: Radite, Soma, Anggara, Budha, Respati, Sukra, Saniscara merupakan nama-nama benda angkasa Jawa.

Tim peneliti The Lost World telah menemukan bukti bahwa pernah ada kelender tertua yang pernah ditemukan yakni berusia kurang lebih 15.000 tahun yang lalu. Bukti-bukti yang mendukung di sekitarnya menunjukkan kalender tersebut lebih cenderung memiliki keselarasan dengan budaya Nusantara. Hal ini serupa kasus Benua Atlantik yang hilang, peneliti Brazil berani menyimpulkan 80-90% adalah Nusantara. Artinya, meski penelitian belum tuntas, setidaknya bisa digunakan sebagai bahan kajian ilmiah secara lebih dalam lagi.

 

sumber : EH / Islam Indonesia

Artikel Sebelumnya

5 Pasar Unik di Indonesia

Artikel Selanjutnya

Kalender Jawa

1 Komentar

  1. 5 September 2019 at 8:37 pm — Reply

    Umat manusia yang hidup di bumi seharusnya memperingati dan merayakan tahun baru yang berdasarkan perhitungan peredaran ( perjalanan ) bumi mengelilingi matahari dan bukan malah memperingati dan merayakan tahun baru yang berdasarkan perhitungan peredaran ( perjalanan ) bulan mengelilingi bumi. Mengapa ? Karena manusia itu berasal daru unsur -unsur bumi dan bukan berasal dari bulan. Manusia juga hidup berasal dari hasil; bumi dan bukan berasal dari hasil bulan. Manusia itu menginjakkan kaki di bumi dan bukan di bulan. Jika manusia mati kelak juga akan dipendam dibumi dan bukan di bulan. Jika ada orang menghina perayaan tahun baru yang berdasarkan peredaran ( perjalanan ) bumi .( tahun baru Masehi / IMLEK/NYEPI ) dan malah merayakan tahun baru komariah/hijriyah berarti manusia itu termasuk orang yang DURHAKA pada BUMI…dan malah memuja-muja benda langit yang tidak berjasa padanya..Maka orang itulah yang disebut orang yang menjadi BUDAKNYA SETAN GENTAYANGAN PENGUASA BENDA LANGIT TIDAK BERTUHAN..

Tinggalkan komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.