#DanauToba#KodeNusantara#NusaKulinerBlog

Mengenang Bencana Melalui Kacang Sihobuk

Sumatera Utara selain kaya akan etnis juga kaya jenis makanan. Salah satu makanan khas dari daerah ini adalah Kacang Sihobuk. Kacang yang dimasak bersama kulitnya dengan cara dipanggang ini mudah dijumpai ketika melakukan perjalanan menuju Danau Toba maupun Sibolga, tepatnya ketika melewati Tarutung. Siapa pun yang pernah melewati daerah tersebut terutama di Silangkitang, pasti menjadi kepantangan tersendiri jika tidak singgah untuk membeli kacang tersebut, baik dicicipi di tempat maupun untuk dibawa pulang sebagai buah tangan. Kacang tersebut memiliki karakter rasa yang kuat, sangat berbeda dengan jenis kacang yang dijual di berbagai swalayan. Rasa khas dan gurih itu tak lepas dari proses pembuatannya. Kacang pilihan direndam di dalam air beberapa jam, lalu dijemur sejenak, kemudian setelah kering, digongseng dengan pasir sehingga suhu panasnya terjaga dan cita rasa kacang tidak berkurang. Setelah digongseng beberapa jam, maka siap untuk dibungkus dan dijajakan di sepanjang jalan.

Kacang Sihobuk mempunyai sejarah tersendiri terkait penamaannya. Sihobuk berasal dari nama sebuah kampung yang dilanda bencana sehingga porak-poranda. Untuk mengenangnya, masyarakat memasak kacang yang dinamai Kacang Sihobuk. Rasa gurihnya istimewa karena disangrai menggunakan pasir. Dalam perjalanan darat menuju Danau Toba, Anda akan menemui penjual Kacang Sihobuk di wilayah Tarutung. Sesuai namanya, kacang ini berasal dari Desa Sihobuk, Tarutung, Tapanuli Utara.

Ternyata, kaberadaan Kacang Sihobuk itu sudah ada akhir 1970-an. Para perajin kala itu berkumpul di Desa Sihobuk terkena musibah banjir dan longsor besar yang terjadi tahun 1982. Hal ini membuat banyak perajin lantas mulai menyebar ke desa-desa lainya hingga di sekitar Kecamatan Taruntung. Dan untuk mengenang kejadian tersebut, masyarakat kemudian memasak kacang yang kacang tersebut dinamai Kacang Sihobuk, dan namanya telah terkenal ke mana-mana. Kini, para pembuat Kacang Sihobuk tak hanya berkutat di Desa Sihobuksaja, tapi satu kecamatan di Taruntung bisa dijumpai para perajin camilan renyah tersebut, mulai dari yang memakai peralatan tradisional hingga mesin menyangrai kacang. Untuk kemasan dengan berat 380 g dijual dengan harga Rp 20.000, dan untuk ukuran kaleng susu yang besar harganya mencapai Rp 280.000 per kemasan.

Terlebih, kacang tanah memang jadi hasil bumi yang banyak ditemui di sana. Kualitas kacang yang bagus ini membuat warga setempat mengolahnya secara serius.Untuk membuat Kacang Sihobuk, kacang perlu direndam dalam air selama 3-5 jam lalu dijemur sejenak. Setelah kering, kacang digongseng dengan pasir dalam belanga menggunakan api kayu bakar hingga matang. Proses ini masih menyertakan kulit kacang hingga kacang dikemas. Mengaduk pasir dengan kacang pun kabarnya butuh tenaga ekstra agar menghasilkan kacang sempurna. Kacang Sihobuk terasa gurih khas dengan ukurannya yang besar.

Tekstur kacang juga terbilang empuk sehingga enak buat camilan. Jika di kulit kacang masih tersisa sedikit pasir. Ini juga jadi ciri khas Kacang Sihobuk yang dijual dalam kemasan kecil dan besar. Dampak usaha Kacang Sihobuk terhadap pembangunan sosial budaya masyarakat sangat berpengaruh untuk memperkenalkan budaya atau makan ke negara lainnya dan membuat lapangan kerja bagi masyarakat , meningkatkan ekonomi daerah dan masyarakat.


Referensi:

PDBI – Kacang Sihobuk

Mengupas Legenda Kacang Sihobuk

Artikel Sebelumnya

Dolung-dolung, Makanan “Tekad Bulat” Khas Parapat

Artikel Selanjutnya

Suku Batak juga punya Topeng, loh!

Tidak Ada Komentar

Tinggalkan komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.