#KodeNusantara#NusaKulinerBlog

“Klepon Tidak Islami,” Tetapi Halal Dikonsumsi!

Beberapa hari ke belakang, jagat media sosial diramaikan dengan isu “Klepon Tidak Islami.” Tapi apakah benar bahwa jajanan kue tradisional yang terbuat dari tepung beras ini tidak islami?

Indonesia memiliki berbagai macam kultur dan budaya, terutama kuliner. Dalam Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, kamu bisa menemukan sebanyak 34.904 Makanan Minuman nusantara, di antaranya 99 data mengenai Klepon. Dari mana asal usul Klepon ini belum diketahui secara pasti. Konon diperkenalkan pertama kali oleh seorang asal Pasuruan, Jawa Timur. Terlepas dari asal usulnya, kuliner satu ini banyak dijumpai di Pulau Jawa, Sulawesi, Sumatera, hingga Belanda, karena dibawa imigran Indonesia pada tahun 1950-an. Klepon berbentuk bulat dengan warna dominan hijau, pada bagian dalamnya terisi irisan gula merah, sementara di luar dibalut dengan kelapa parut. Ketika kamu mencicipinya, sensasi cairan gula jawa itu memberikan ciri khas tersendiri dari kuliner ini.

Jika dilihat dari bahan-bahan dan cara membuat kudapan ini, tidak ada yang tidak diperbolehkan dalam islam. Semua bahannya aman dan baik untuk dikonsumsi, di antaranya tepung ketan putih, tepung sagu, santan, air suji, daun pandan, serta gula merah. Klepon sendiri ternyata memiliki filosofi dan pelajaran moral. Dapat dikatakan bahwa kudapan ini melambangkan kesederhanaan yang terlihat dari bahan-bahannya. Warna hijau pada Klepon berasal dari daun suji pandan yang melambangkan kesejahteraan dan kesuburan. Hal itu juga menggambarkan bahwa Indonesia dipenuhi dengan tanah-tanah yang subur dan pepohonan hijau. Bentuknya yang bulat dan tidak rata melambangkan bahwa manusia memiliki hidup yang tidak diketahui ujung pangkalnya, serta melambangkan kehidupan tidak selalu mulus atau bahagia.

Rasa manis yang berasal dari isi Klepon menunjukkan bahwa pentingnya seseorang memiliki kebaikan hati. Tidak terlihat dari luar, namun kebaikannya dapat dirasakan seperti gula merah yang dibalut dalam Klepon. Parutan kelapa di luar melambangkan kehidupan manusia yang bertahap. Kelapa sendiri terlihat keras di luar, namun daging di dalamnya dapat dikonsumsi. Pelajaran moral lainnya adalah Klepon mengajarkan kepada kita bahwa ketika sedang makan jangan dengan mulut terbuka atau sambil berbicara. Jika kamu memakannya dengan berbicara saat mengunyah, isi Klepon yang merupakan gula aren cair akan keluar dari mulut kamu.

Kue Klepon tidak hanya sebagai warisan kuliner semata, namun juga salah satu warisan budaya yang menjadi simbol atas identitas kolektif suatu daerah atau kelompok, terlihat dari penamaan yang berbeda jika di daerah Sulawesi dan Sumatera, mereka menyebutnya dengan Onde-Onde. Sedangkan di Jawa dan bagian lain Indonesia, Onde-onde adalah jajanan pasar yang terbuat dari tepung beras, berwarna cokelat dan berisi adonan kacang hijau. Ada beberapa jenis Klepon yang ada di Indonesia berdasarkan bahan dasar pembuatannya. Ada yang menggunakan ubi ungu, singkong, ketan gula merah hingga labu kuning. Namun, cara memasaknya tetap sama dengan dikukus. Rasanya pun tidak jauh berbeda.

Nah, itulah sejarah dan makna Klepon yang wajib kamu ketahui! Jadi, apakah Klepon tetap akan dianggap sebagai Kuliner Tidak Islami?


Referensi:

PDBI – Asal dan Cara Membuat Klepon

IDN Times – Sejarah dan Makna Mendalam Klepon

Artikel Sebelumnya

Makanan "Setan," Berani Coba?

Artikel Selanjutnya

Rasanya Tak Seburuk Namanya.

Tidak Ada Komentar

Tinggalkan komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.