#KodeNusantaraBlog

Dolo-Dolo, Tradisi Penyambutan Gerhana

Kamis (26/12), sejumlah daerah di Indonesia tengah mengalami peristiwa alam gerhana matahari cincin. Peristiwa langka ini menarik perhatian banyak orang dengan mempersiapkan berbagai hal dan tradisi untuk menyambutnya. Masyarakat di beberapa daerah di Indonesia ternyata memiliki tradisi dalam menyambut peristiwa alam seperti gerhana matahari atau bulan. Salah satunya adalah masyarakat Kesultanan Tidore di Maluku, mereka melakukan tradisi penyambutan gerhana matahari dengan tradisi dolo-dolo.

Tradisi dolo-dolo merupakan tradisi turun menurun yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Kesultanan Tidore. Tradisi ini dilakukan untuk menyikapi peristiwa alam seperti gerhana matahari atau gerhana bulan. Dolo-dolo diawali dengan membaca doa-doa memohon perlindungan dan diakhiri dengan pemukulan kentongan secara bersamaan oleh semua warga di seluruh wilayah kampung saat terjadinya gerhana matahari atau bulan.

Dolo-dolo digelar sebagai wujud kepercayaan masyarakat Kesultanan Tidore untuk melakukan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar diberikan perlindungan dari gangguan roh-roh jahat.

Peristiwa gerhana matahari menjadi momen di mana sebagian atau seluruh penampang matahari tertutup oleh bayangan bulan, maka masyarakat Kesultanan Tidore memiliki kepercayaan bahwa gerhana matahari merupakan ulah raksasa. Mereka menyebut raksasa tersebut dengan istilah Suanggi.

Tradisi dolo-dolo saat ini masih dilangsungkan oleh masyarakat Kesultanan Tidore, bahkan tahun 2016 lalu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tidore Kepulauan dengan berbagai pihak menggelar tradisi dolo-dolo sebagai atraksi wisata.

Pemerintah menyuguhkan pertunjukkan budaya tradisi ini untuk mengenalkan budaya tradisi zaman dahulu masyarakat Kesultanan Tidore kepada wisatawan domestik dan mancanegara. Selain itu, penyelenggaraan tradisi ini dapat menambah alternatif destinasi wisata dan meningkatkan kunjungan wisatawan ke Tidore.

Usai menggelar tradisi dolo-dolo, masyarakat Kesultanan Tidore juga melaksanakan salat gerhana di setiap masjid.

Peristiwa gerhana matahari cincin terjadi saat matahari, bulan, dan bumi berada tepat segaris dan pada saat itu piringan bulan yang termatai dari bumi terlihat lebih kecil dari piringan matahari. Akibatnya saat puncak gerhana, matahari akan nampak seperti cincin, yaitu terlihat gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya.


Data Terkait:

PDBI – Maluku

Artikel Sebelumnya

Merawat Tradisi Natal Ibukota

Artikel Selanjutnya

Tradisi Pengharapan Tahun Baru di Sangihe dan Talaud

Tidak Ada Komentar

Tinggalkan komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.