Kidungan Jawa Timuran, Seni Menyampaikan Pesan dan Kritik
Menonton pertunjukan Ludruk, kita akan disuguhkan penampilan yang menunjukkan seni bertutur yang diiringi musik karawitan. Penampilan tersebut adalah Kidungan Jawa Timuran, yang menjadi bagian dari pagelaran kesenian Ludruk. Penampilan Kidungan Jawa Timuran ditampilkan setelah Tari Remo.
Kidungan berbentuk pantun bahasa Jawa atau disebut parikan dengan mengikuti iringan gendhing gamelan. Pemain Kidungan menggunakan bahasa pergaulan sehari-hari atau bahasa Jawa ngoko. Pemilihan bahasa Jawa ngoko dimaksudkan agar semua kalangan masyarakat dapat dengan mudah menerima nasihat maupun sinisme sosial atau pesan lainnya yang disampaikan dalam sebuah Kidungan.
Kidungan Jawa Timuran terdapat beberapa jenis, yaitu:
- Kidungan Lawak. Kidungan yang dibawakan oleh pelawak dalam Ludruk. Kemasan Kidungan Lawak diharapkan dapat menjadi daya tarik dalam penyampaian kritik sosial. Sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh penonton.
- Kidungan Bedhayan atau Bedayan. Bedayan pada Ludruk adalah penampilan dari tandhak-tandhak yang menari sekaligus menyanyi. Jadi, Kidungan Bedayan merupakan kidungan yang dilagukan oleh penari/tandhak.
- Kidungan ADEKAN/ADEGAN. Kidungan ini berupa parikan jula-juli yang isinya disesuaikan dengan cerita pertunjukan untuk membawa suasana sebuah pertunjukan Ludruk, misalnya adegan sedih, gembira, atau yang lainnya.
- Kidungan Remo/Beskalan. Kidungan ini dibawakan oleh penari Tari Remo yang berfungsi sebagai pelengkap setelah penutupan Tari Remo sebagai pembuka dari pagelaran Ludruk.
Kidungan yang saat ini sering kita dengarkan lebih banyak berupa syair dibandingkan dengan bentuk pantun (parikan). Kidungan berupa panting (parikan) atau syair yang dibawakan berirama aa-aa. Isi atau pesan yang disampaikan berupa kritik sosial, budaya, ekonomi, politik, pembangunan, agama, moral maupun pendidikan.
Kidungan Jawa Timur menjadi unsur penting yang tidak dapat dipisahkan dari pertunjukan Ludruk. Kidungan dianggap sebagai media atau sarana penyampaian berbagai macam hal yang langsung berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat. Memvisualisasikan dalam bentuk pantun atau syair berbahasa Jawa menjadi cara pemain kidungan dalam bertutur kepada penonton dengan pesan-pesan tersiratnya.
Data Terkait:
Tidak Ada Komentar