Berita

10 Keraton/Istana Raja di Indonesia yang Wajib Kamu Kunjungi!

Cirebon, Surakarta, dan Yogyakarta, siapa sih yang tidak tertarik untuk berkunjung ketiga tempat tersebut? Selain wisata alam, ketiga kota tadi juga menjadi destinasi favorit untuk berwisata budaya. Salah satu tempat yang menjadi tujuan wisata budaya dan tetap lestari hingga saat ini serta dapat dikunjungi oleh banyak orang adalah Keraton. Tahukah kamu bahwa Keraton yang mana merupakan tempat seorang penguasa (Raja atau Ratu) memerintah atau tempat tinggalnya tersebar di seluruh Indonesia? Ternyata hingga saat ini tidak hanya di Cirebon, Surakarta, dan Yogyakarta lho. Penasaran ada Keraton/Istana apa saja di Indonesia? Sobat Budaya telah merangkumkan 10 Keraton di Indonesia yang wajib kamu tahu dari Pulau Sumatera Hingga Pulau Sulawesi. Siapa tahu bisa menjadi destinasi wisata budaya kalian berikutnya ketika liburan. Penasaran? Yuk, simak ulasannya!

Istana Maimun, Kesultanan Deli

Istana Maimun, Kesultanan Deli
Sumber gambar:
medaninfo.net

Kesultanan Deli adalah kesultanan Melayu yang berdiri pada tahun 1632 oleh Tuanku Panglima Gocah di wilayah bernama Tanah Deli (saat ini Kota Medan dan Kabupaten Deli, Serdang, Indonesia). Nah Kesultanan Deli ini masih eksis hingga saat ini meskipun sudah tidak mempunyai kekuatan politik. Tempat tinggal para penguasa kesultanan Deli dinamakan Istana Maimun. Sejak tahun 1946, Istana Maimun ditempati oleh ahli waris kesultanan Deli. Istana Maimun ini juga dibuka untuk umum layaknya museum. Buka setiap hari dari jam 08.00 – 18.00 dan untuk masuk ke Istana Maimun kalian hanya perlu membayar Rp. 5000 saja. Yuk!

Lamban Gedung, Kerajaan Sekala Brak, Lampung

Lamban Gedung, Kerajaan Sekala Brak, Lampung
Sumber gambar:
Ilovelampung.com

Kerajaan Sekala Brak (baca: Sekala Bekhak) adalah kerajan Hindu dan dikenal dengan Kerajaan Sekala Brak Hindu. Diriwayatkan setelah kedatangan Empat Umpu dari Pagaruyung yang menyebarkan agama Islam, Kerajaan Skala Brak Hindu kemudian berubah menjadi Kepaksian Sekala Brak, terletak di kaki Gunung Pesagi (Gunung Tertinggi di Lampung). Untuk keraton atau istana kerajaan, dinamakan Lamban Gedung. Konon, istana tersebut pernah dihancurkan oleh kolonial Belanda pada tahun 1810. Kemudian dibangun kembali dan dibubuhi nama Gedung Dalom atau orang juga terkadang menyebutnya dengan Lamban Gedung. Uniknya, istana ini tanpa pagar tembok pembatas yang menghalangi pemandangan orang dari luar.

Keraton Surosowan, Keraton Banten

Peninggalan Keraton Surosowan, Banten
Sumber gambar:
Indonesiakaya.com

Keraton Surosowan merupakan sebuah keraton di Banten. Keraton ini dibangun sekitar tahun 1522 – 1526 pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin, yang kemudian dikenal sebagai pendiri dari Kesultanan Banten. Berkunjung ke Keraton Surosowan dapat menjadi alternatif akhir pekan kalian apabila hanya ingin melepas penat sejenak dari Ibukota. Lokasinya terkenal dengan sebutan Banten Lama. Sayangnya, yang tertinggal hanyalah puing – puing batu, karena telah dihancurkan Belanda. Namun tak ada salahnya mempelajari kembali sejarah bangsa dari reruntuhan yang ada.

Museum Keraton Sumenep, Jawa timur

Museum Keraton Sumenep, Jawa timur
Sumber gambar:
eastjava.com

Perlahan beralih menuju ke timur Pulau Jawa, ada Keraton Sumenep di Jawa Timur. Keraton Sumenep adalah tempat kediaman para Adipati/Raja-raja selain sebagai tempat untuk menjalankan roda pemerintahan. Kerajaan Sumenep sendiri merupakan kerajaan kecil kala itu setingkat dengan Kadipaten. Keraton Sumenep sejatinya banyak jumlahnya, saat ini bangunan keraton yang masih tersisa dan utuh adalah bangunan keraton yang dibangun oleh Gusti Raden Ayu Tirtonegoro R. Rasmana dan Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro (Bindara Saod) beserta keturunannya. Sedangkan untuk lainnya, hanya tinggal puing bangunannya saja. Kini Keraton Sumenep terbuka untuk umum dan dinamakan Museum Keraton Sumenep. Buka pada hari senin – minggu sejak pukul 7.00 WIB – 15.30 WIB.

Puri Saren Ubud, Bali

Puri Saren Agung, Bali
Sumber gambar:
absbalitour.com

Puri Saren Ubud adalah istana kerajaan Ubud yang indah dan tetap mempertahankan rumah-rumah tradisional yang menjadi lokasi kediaman Raja Ubud. Puri Ubud dibangun oleh Ida Tjokorda Putu Kandel yang ketika itu memerintah sekitar tahun 1800 – 1823 Masehi. Kini Puri Saren lebih difungsikan sebagai repository budaya tradisional Bali, sebagai pelindung utama kesenian, tarian, maupun sasta Bali. Menarik bukan?

Museum Asi Mbojo (Istana Kesultanan Bima), NTT

Museum Asi Mbojo, Bima, NTT
Sumber Gambar:
1bp.blogspot.com

Museum Asi Mbojo merupakan nama lain dari Istana Kesultanan Bima yang kini telah menjadi museum. Mbojo sendiri merupakan sebutan bagi warga Bima. Mulai dibangung pada tahun 1927 dan dirancang oleh arsitek Ambon yang bernama Rehatta. Menjadi Istana Kesultanan Bima pada tahun 1929 dan berubah status menjadi museum pada tahun 1989, serta bulan Maret 2008 menjadi UPTD Museum Asi Mbojo. Museum buka pada hari Selasa hingga Sabtu pukul 07. 30 WITA – 14.30 WITA. Untuk hari senin dan minggu, museum tutup.

Amantubillah, Kerajaan Menpawah, Kalimantan Timur

Amantubillah, Kerajaan Menpawah, Kalimantan Timur
Sumber gambar:
Indonesiakaya.com

Amantubillah adalah nama istana dari Kerajaan Menpawah, yang berarti “Aku beriman kepada Allah”. Kerajaan Menpawah sendiri merupakan sebuah kerajaan islam yang terletak di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Mempawah diambil dari kata “Memapauh” yaitu nama pohon yang tumbuh di hulu sungai. Riwayat adat Mempawah terbagi menjadi dua periode, pertama pemerintah kerajaan Suku Dayak yang berdasarkan ajaran Hindu dan masa pengaruh Islam (kesultanan).

Museum Sadurengas, Kesultanan Paser, Kalimantan Timur

Museum Sadurengas, Kesultanan Paser, Kalimantan Timur
Sumber Gambar:
cagarbudaya.kemdikbud.go.id

Museum ini merupakan bangunan bekas salah satu rumah Sultan Pase, yaitu Aji Tenggara namun pada abad ke – 19 tempat ini kemudian diperuntukkan sebagai Istana Sultan Ibrahim Khaliludin. Bangunannya membentuk rumah panggung yang dalam bahasa Paser disebut “Kuta Imam Duyu Kina Lenia” yang artinya rumah kediaman pemimpin yang bertingkat. Museum dipugar kembali pada awal Bulan Oktober 2008 oleh Dinas Pariwisata Pemerintah. Museum buka setiap hari pada pukul 09.00 – 16.00 WITA

Museum Balla Lompoa, Kerajaan Gowa, Sulawesi Selatan

Museum Balla Lompoa, Kerajaan Gowa, Sulawesi Selatan
Sumber Gambar:
Indonesia-tourism.com

Istana Gowa didirikan tahun 1936 masa pemerintahan I Mangngi Mangngi Daeng Mattutu yang merupakan Raja Gowa ke 31. Arsitekturnya mirip dengan rumah khas Bugis, yaitu rumah panggung yang memiliki tangga setinggi dua meter yang digunakan untuk menuju teras. Istana Gowa terakgir dijadikan rumah jabatan dan dihuni oleh raja terkahir gowa yaitu Andi Idio Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Kadir Aidir yang ketika itu menjabat sebagai Kepala Daerah tingkat II Gowa. Pada akhir masa jabatannya yaitu tanggal 11 Desember 1973, Andi Idio sebagai kepala daerah mengubah fungsi istana menjadi museum pusat budaya Makassar – Gowa. Nama Istana Gowa pun merubah menjadi Museum Balla Lompoa, yang dalam bahasa Makassar berarti rumah besar atau rumah kebesaran. Museum buka setiap hari dari pukul 08.00 – 16.00 WIB.

Istana Luwu, Kesultanan Luwu, Palopo

Istana Luwu, Kesultanan Luwu, Palopo
Sumber Gambar:
Triptrus.com

Istana Luwu dibangun oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1920-an di atas tanah bekas “Saoraja” (istana sebelumnya terbuat dari kayu, konon bertiang 88 buah) yang telah diratakan dengan tanah oleh Belanda. Dibangun dengan arsitektur khas Eropa sebagai tujuan Belanda untuk mengambil hati Penguasa Kerajaan Luwu namun bagi kebanyakan bangsawan luwu cara ini dianggap sebagai cara untuk menghilangkan jejal sejara Kerajaan Luwu. Dimana ketika itu Kerajaan Luwu merupakan kerajaan yang dihormati dan disegani kerajaan-kerajaan lain di jazirah Sulawesi dan Nusantara. Buka pada hari Selasa – Kamis sejak pukul 08.00 – 16.00 WITA, Jumat pukul 08.00-10.30 WITA, dan Minggu pukul 08.00 – 16.00 WITA

 

Wah! Menarik kan? Oia uniknya, para Raja-Raja Nusantara/Keturunannya masih sering lho mengadakan pertemuan rutin. Biasanya forum pertemuan rutin para Raja-raja Nusantara ini ada dalam Festival Keraton Nusantara. Tahun ini Festival Keraton Nusantara diadakan di Cirebon pada tanggal 15 – 19 September 2017. Sungguh bentuk pelestarian budaya yang berkelanjutan yah. Semoga ulasan diatas dapat menjadi tambahan wawasan bagi kalian untuk lebih mencintai budaya di Indonesia. Jangan lupa datangi keraton di daerahmu dan submit di budaya-indonesia.org ya! Yuk jelajahi budaya nusantara.

 

Sumber:

Wikipedia.com

Indonesiakaya.com

Triptrus.com

museumindonesia.com

Artikel Sebelumnya

Tradisi unik di Papua

Artikel Selanjutnya

Jangan Lupakan Permainan Tradisonal Anak Indonesia

Tidak Ada Komentar

Tinggalkan komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.