#DanauToba#KodeNusantaraBlog

Pewarna Alami Ulos yang Harus Kamu Ketahui!

Berbicara tentang keanekaragaman budaya Indonesia memang tidak akan ada habisnya karena setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing. Biasanya pada perayaan adat istiadat setempat seperti upacara pernikahan, acara resmi untuk menyambut pejabat, bahkan acara lahiran akan banyak ditemui orang-orang yang menggunakan kain tradisional. Salah satu busana khas Indonesia yang terkenal adalah Ulos Batak. Kain ini sudah dikembangkan secara turun temurun oleh Suku Batak. Terdapat tiga warna dominan, yaitu hitam, merah, dan putih. Para Pengrajin menggunakan pewarna alami yang tumbuh subur di daerah Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Zaman dahulu, masyarakat percaya bahwa ada 3 hal penting dalam kehidupan manusia, yaitu darah, nafas dan kehangatan. Kehangatan yang didapat berasal dari cahaya matahari, api, dan kain Ulos. Maka dari itu Ulos menjadi hal yang sangat penting dalam aspek kehidupan masyarakat Batak. Terdapat enam belas jenis kain Ulos yang memiliki kegunaan masing masing, seperti Ulos Antakantak yang dipakai saat melayat, Ulos Mangiring yang diberikan kepada anak atau cucu yang baru lahir, Ulos Ragi Hotang yang diberikan kepada sepasang pengantin, dan masih banyak lagi jenisnya.

Seni untuk membuat kain Ulos disebut dengan Martonoun atau menenun. Biasanya pekerjaan menenun dilakukan oleh perempuan dan anak gadis. Kegiatan ini juga dapat melatih kesabaran, keuletan dan kegigihan mereka. Pembuatannya juga membutuhkan waktu yang lama karena semuanya dikerjakan dengan cara tradisional. Awalnya benang yang digunakan merupakan hasil olahan kapas yang dipintal menjadi benang, proses ini dinamakan dengan Mamipis dengan sebuah alat pintal, yaitu Sorha. Kemudian untuk mendapatkan warna putih Mangganti direndam dengan Tano Buro atau tanah kapur. Warna merah berasal dari Kayu Jabi-jabi dan Kayu Sona, untuk warna hitam didapatkan dari daun Salaon dan Harumonting. Orang yang melakukan pewarnaan disebut dengan Parsigira. Pewarna alami tersebut direbus dan dicampur dengan tawas, kapur bangunan, dan besi berkarat untuk mengikat warna. Kemudian benang dijemur dan diangin-anginkan di tempat yang teduh. Biasanya untuk mengeringkan benang membutuhkan 3 sampai 4 kali penjemuran. Satuan jumlah penggunaan benang untuk bahan tenun disebut Humpalan yang diikat dengan daun serai. Proses pencerahan benang menggunakan nasi yang dilumerkan (Indahan Ni Bonang) kemudian digosok dengan kuas. Benang sudah dapat dijemur di bawah terik matahari. Orang yang melakukan proses ini disebut dengan Pengunggas. Selanjutnya adalah proses penguntaian benang dengan alat yang disebut Anian, komposisi warna juga ditentukan dalam proses ini. Kemudian benang telah siap untuk ditenun menjadi helaian kain Ulos yang cantik.


Referensi:

PDBI – Ulos

PDBI – Pewarna Alami Ulos

Artikel Sebelumnya

Naga Morsarang, Wadah Ramuan Tradisional Masyarakat Batak Toba

Artikel Selanjutnya

Legenda Putri Bidadari Si Boru Natumandi Hutabarat

Tidak Ada Komentar

Tinggalkan komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.