Ma’Nene, Ritual Tradisi Menggantikan Pakaian Mayat
Tana Toraja memang dikenal dengan berbagai macam warisan budayanya yang sangat kaya dan tentunya memiliki keunikan tersendiri. Tana Toraja merupakan sebuah daerah yang terletak di kawasan Sulawesi Selatan. Daerah ini memiliki luas wilayah 3.203 km² dan berpenduduk sebanyak dua ratus ribu lebih jiwa. Warisan budaya dari masyarakat Toraja masih terjaga dengan baik dari berabad-abad tahun lalu. Tradisi dari kebudayaan Tana Toraja telah menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke wilayah Tana Toraja, menjadikannya salah satu destinasi favorit yang dikunjungi para turis ketika menyambangi Sulawesi Selatan.
Upacara kematian khas masyarakat Tana Toraja atau yang lebih dikenal dengan nama ‘Rambu Solo‘ merupakan salah satu daya tarik para wisatawan untuk berkunjung ke Tana Toraja. Rambu Solo terkenal karena diselenggarakan secara meriah dan menghabiskan dana yang tidak sedikit. Selain Rambu Solo, ada satu lagi ritual dari Toraja yang menarik, di mana ritual ini juga berkaitan dengan kematian. Ma’Nene, begitulah nama ritual ini dikenal. Merupakan sebuah upacara ritual membersihkan jasad para leluhur yang sudah ratusan tahun meninggal dunia. Ma’Nene sudah jarang dilakukan saat ini, namun di beberapa daerah, seperti Desa Pangala dan Baruppu upacara Ma’Nene ini masih dilaksanakan.
Ritual Ma’Nene biasanya dilakukan setiap tiga tahun sekali oleh masyarakat setempat. Prosesi dari ritual Ma’Nene dimulai dengan para anggota keluarga yang datang ke Patane atau tempat pemakaman untuk mengambil jasad dari anggota keluarga mereka yang telah meninggal dunia. Patane sendiri merupakan sebuah kuburan keluarga yang bentuknya menyerupai rumah. Lalu, setelah jasad dikeluarkan dari kuburan, prosesi ritual kemudian dilanjutkan dengan pembersihan jasad. Pakaian yang dikenakan jasad tersebut akan digantikan dengan kain atau pakaian baru yang telah disiapkan oleh para anggota keluarga jasad tersebut. Biasanya ritual ini dilakukan secara serempak oleh satu desa, sehingga ritual Ma’Nene ini pun berlangsung sangat meriah karena dihadiri oleh banyak orang, baik warga setempat maupun wisatawan yang berkunjung untuk menyaksikan ritual unik ini secara langsung. Setelah pakaian baru telah terpasang dengan rapi pada jasad, lalu jenazah tersebut dimasukkan kembali ke Patane atau tempat peristirahatannya. Rangkaian prosesi Ma’Nene ditutup dengan berkumpulnya anggota keluarga di rumah adat Tongkonan untuk beribadah bersama. Pada prosesi ini para keluarga jenazah akan bersama-sama memanjatkan doa untuk para leluhur mereka.
Ritual Ma’Nene ini biasa dilakukan setelah masa panen berlangsung, kira-kira di bulan Agustus akhir. Hal ini bertujuan karena pada umumnya para keluarga yang merantau ke luar kota akan pulang ke kampungnya, sehingga semua keluarga dapat hadir untuk melakukan prosesi Ma’Nene ini bersama-sama.
Makna dari ritual Ma’Nene ini lebih dari sekedar membersihkan dan menggantikan baju jasad para leluhur. Masyarakat Tana Toraja meyakini bahwa Ma’Nene mencerminkan bahwa betapa pentingnya hubungan suatu keluarga bagi mereka, terlebih bagi sanak saudara yang telah terlebih dahulu meninggal dunia. Masyarakat Toraja menunjukkan bahwa hubungan antar keluarga tidak akan terputus walaupun telah dipisahkan oleh kematian sekalipun. Ritual ini juga digunakan untuk memperkenalkan anggota-anggota keluarga yang muda dengan para leluhurnya.
Sumber:
Indonesia Kaya – Ma’Nene Sebuah Prosesi Adat Bentuk Penghormatan Terhadap Para Leluhur
Tribun News – Mayat Berjalan dan Ritual Ma’Nene di Toraja
Info Lanjut:
Tidak Ada Komentar