Generasi Muda dan Identitas Mandar
Generasi Muda dan Identitas Mandar
Oleh : Andi Tenri Wulang
Tindakan didasarkan atas kesadaran bahwa sejarah dapat menuntun kita mampu mengatasi kabut kegelapan, ketidakmengertian yang meliputi kekinian, proses pemikian yang digunakan manusia untuk mengerti diri sendiri dalam kerangka waktu dan kesadaran bahwa segala sesuatu yang terjadi dan nampak kemudian merupakan proses yang dialami dalam perjalanan waktu. Demikian penjelasan Edward Halett Carr tentang sejarah.
Tulisan ini akan banyak menyoal tentang pengaruh identitas budaya terhadap generasi muda yang lahir dari sejarah dengan tujuan peradaban Indonesia bersatu. Tanah mandar adalah sebutan bagi Provinsi Sulawesi Barat. Provinsi ini terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004 yang disahkan saat sidang paripurna DPR RI pada hari Rabu, tanggal 22 Sepetember 2004. Pada saat itulah Provinsi Sulawesi Barat resmi terbentuk dan berpisah dari Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan sejarah, ketika kerajaan Bone bergiat memperluas pengaruh politik ke mandar, ia mengklaim penduduk di daerah itu masuk kategori Bugis-Mandar. Nanti pada tahun 1970-an, kelompok kaum di daerah itu (Mandar) dinyatakan menjadi satu etnis di Sulawesi Selatan yang terpisah dari etnis Makassar, Bugis, dan Toraja.
Dengan demikian, tanah mandar tentu memiliki ciri khas dan nilai etika yang diamalkan sampai saat ini. Di tanah mandar dikenal istilah Malaqbiq, yaitu identitas orang mandar. Malaqbiq juga telah dijadikan maskot dalam perjuangan pembentukan Provinsi Sulawesi Barat yang diharapkan dapat menjadi pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan provinsi. Namun saat ini, sering terjadi kekeliruan yang mempengaruhi sikap pandang atas kesadaran diri sendiri dan kesadaran sejarah bahkan kelak mengaburkan gambaran identitas diri, yaitu Malaqbiq. Maksudnya, kebanyakan dari generasi muda telah melupakan identitas budaya mereka padahal hal ini bukanlah hal sepele, malahan menjadi akar dari setiap permasalahan bangsa.
Kita telah dibesarkan oleh sejarah hingga mutlak untuk merealisasikan identitas budaya kita. Sama halnya dengan identitas orang mandar, yaitu Malaqbiq. Indentitas ini bukan hanya sekedar identitas yang dijadikan maskot atau jargon dalam hal-hal perjuangan, melainkan juga sepatutnya menjadi nafas pergerakan dalam melanjutkan perjuangan kemerdekaan.
Ada oknum yang telah memainkan makna sakral dari identitas Malaqbiq. Mereka berikrar dapat membantu pembangunan bangsa Indonesia, namun kenyataannya mereka merauk keuntungan pribadi dan tidak jarang mereka bersekutu dengan partai-partai politik yang ingin maju saat pilkada. Lain cerita, ada oknum yang mengaku anggota organisasi kepemudaan daerah dengan bangganya melakukan pelbagai kegiatan kepemudaan namun mengahalalkan segala cara dalam melaksanakannya, terlebih lagi berkedok sebagai agen perubahan menjujung tinggi idialisme dan identitas kemandaraan Malaqbiq namun tetap saja ditunggangi oleh pemilik modal lagi-lagi demi kepentingan pribadi.
Nilai-nilai yang terkandung dalam identitas orang mandar Malaqbiq ini tidak hanya etika dan tutur kata yang sopan, tetapi juga menyangkut pemikiran yang visioner menatap masa depan Indonesia, sebab Indonesia adalah bangsa yang dibangun dari beberapa daerah dan salah satu pondasinya adalah Provinsi Sulawesi Barat (Tanah Mandar), sehingga tidak ada salahnya membangun Indonesia, dimulai dari membangun kesadaran generasi mudanya melalui nilai-nilai budaya.
Pada akhirnya, saya yakin bahwa kejayaan Indonesia tidak terlepas dari sejarah. Sebagai generasi muda sudah seharusnya kita mengamalkan setiap nilai-nilai budaya yang ada. tanah mandar memiliki ceritanya sendiri, dan identitas Malaqbiq harus terpatri pada setiap denyut nadi mereka yang mengaku generasi muda. Indonesia emas akan kita raih saat nilai-nilai etiika menjadi hal yang diutamakan.
Sumber :
Abbas, Andi. 2015. Membaca Ulang Mandar. Makassar : Philosophia Press.
MR, Bursa Basir & Bustan Basir Maras. 2015. Nilai Etika Dalam Bahasa Mandar. Yogyakarta : Annora Media Group.
Poelinggomang, L. Edward. 2015. Sejarah Mandar Masa Kerajaan Hingga Sulawesi Barat. Solo : ZADAHANIVA.
Tidak Ada Komentar