#KodeNusantaraBlog

Kebudayaan Jawa ini Masih Menjadi Warisan Turun-Menurun

Indonesia merupakan negara besar dengan pulau 17.504 pulau, Indonesia dikenal sebagai kekayaan beragam budaya. Semua ini tidak lepas dari banyaknya suku yang tinggal di pulau Indonesia, dengan jumlah sekitar 1.340 suku. Tak hanya itu, Indonesia juga dianggap sebagai negara kepulauan yang memberikan pengaruh kebudayaan antar daerah bisa beragam.

Salah satu suku terbesar di Indonesia adalah Suku Jawa, dengan jumlah mencapai 41% dari total populasi. Suku Jawa mendiami wilayah tengah dan timur pulau Jawa. Suku Jawa memiliki kebudayaan yang cukup banyak sehingga masih digunakan dan turun menurun hingga sekarang. Budaya apa saja yang menjadi warisan turun-menurun Suku Jawa? Berikut informasinya tim infobudaya.net rangkum.

1. Bahasa

Suku bangsa Jawa sebagian besar menggunakan bahasa Jawa dalam bertutur sehari-hari. Sebagian besar masyarakat Jawa lebih sering menggunakan bahasa Jawa dibandingkan dengan bahasa nasional (Bahasa Indonesia). Bahasa Jawa memiliki intonasi dan kosakata dalam penerapannya. Biasanya hal tersebut dilihat dengan memandang siapa yang berbicara dan siapa lawan bicaranya yang disebut dengan “Unggah-Ungguh”. Di manapun suku Jawa berada mereka akan tetap hormat kepada yang lebih tua walaupun tidak mengenalnya. Hal semacam inilah yang dibentuk suku Jawa melalui keteladanan bahasa yang digunakan.

2. Kepercayaan

Kejawen (sketsa gambar, sumber: Indonesia.go.id)

Pada jaman dahulu sebagian besar suku Jawa beragama Hindu, Buddha dan Kejawen. Sekarang sebagain besar masyarakat Jawa memeluk agama Islam dan sebagian kecil menganut Kristen dan Katolik. Walau begitu, budaya suku Jawa tidak utuh ditinggalkan saja karena kepercayaan Kejawen yang merupakan kepercayaan budaya Jawa masih dijalankan. Kepercayaan Kejawen berisi tentang seni, budaya, tradisi, ritual, sikap, dan juga filosofi orang Jawa. Kepercayaan Kejawen biasanya masih dianut oleh orang-orang tertua.

3. Filosofi

Orang Jawa dikenal dengan filosofi kehidupan terutama dengan yang diajarkan oleh Sunan Kalijaga. Pada saat itu beliau berdakwah menggunakan pendekatan tradisi sehingga banyak orang Jawa mengikuti ajarannya.

Dasa Pitutur, 10 Nasehat Sunan Kalijaga Agar Hidup Bermakna (sumber: Tipsiana)

Sunan Kalijaga meninggalkan filosofi hidup yang dimuat dalam Dasa Pitutur dan masih dijalankan sampai sekarang. Isinya seperti Urip Iku Urup, memayu hayuning bawana ambrasta dur hangkara, sura dira jaya jayaningrat lebur dening pangastuti, dan sebagainya.

4. Kesenian

Budaya suku Jawa memiliki kekayaan seni yang beragam. Seni tersebut dibagi menjadi 3 kelompok menurut akar budaya, yaitu Banyumasan biasa disebut dengan “Ebeg”, Jawa Tengah dan Jawa Timur disebut dengan “Ludruk dan Reyog.” Tak hanya itu masyarakat Jawa juga memiliki langgam Jawa yang merupakan adaptasi musik keroncong ke dalam musik tradisional seperti Gamelan.

Kesenian Reyog Ponorogo di Taman Mini Indonesia Indah

Suku Jawa juga memiliki seni tari daerah seperti Tari Reyog dari Ponogoro, Tari kuda Lumping dari Jawa Tengah, Tari Remo dari Jawa Timur dan masih banyak lagi.

5. Kalender

Kalender Jawa merupakan penanggalan yang biasa digunakan oleh Kesultanan Mataram. Ketika Islam berkembang di tanah Jawa Sultan Agung meninggalkan Kalender Saka dan mengganti dengan kalender Hijriah yang disesuaikan dengan Budaya Jawa. Kalender Jawa dibuat dengan campuran antara budaya Islam, budaya Hindu-Buddha dan budaya Eropa.

Kalender Jawa Bulan Oktober 2019 (sumber: tahunbaruimlek.com)

Dalam kalender Jawa siklus harian yang digunakan ada dua macam, yaitu siklus mingguan yang kita kenal sekarang “Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu” dan siklus minggu pancawarna “Manis, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.” Pada hitungan bulan, kalender Jawa memiliki 12 bulan, yakni Suro, Supar, Mulud, Bakda Mulud, Jumadilawal, Jumadilakhir, Rajab, Ruwah, Pasa, Sawal, Sela, dan Besar.

6. Hitungan Jawa

Tabel Penghitungan Hari Menurut Orang Jawa (sumber: POPBella)

Biasanya masyarakat Jawa memiliki sistem perhitungan untuk membuat keputusan penting. Sistem itu disebut Neptu, yang meliputi angka perhitungan hari, hari Pasaran, Bulan dan tahun Jawa. Setiap hari pasar, Bulan dan tahun memiliki nilai yang berbeda-beda, hal tersebut nantinya akan diketahui baik dan buruknya keputusan yang diambil.

Tabel Pencocokan Hari dan Pasaran (Weton) (sumber: Pinterest)

Berikut Kebudayaan Jawa yang masih menjadi warisan turun-menurun. Dengan adanya kebudayaan tersebut, peran generasi muda saat ini yang dapat melestarikan budaya agar tidak hilang tergerus oleh modernisasi.


Referensi:

Wikipedia

Boombastis

Data Terkait:

PDBI – Budaya Jawa

Artikel Sebelumnya

Filosofi dalam Hidangan Tumpeng

Artikel Selanjutnya

MAIN EGRANG SAMBIL MENARI? KENAPA TIDAK!

Tidak Ada Komentar

Tinggalkan komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.