#KodeNusantara#NusaKulinerBlog

Kisah di balik Populernya Tahu Sumedang

Kalau kita berkunjung ke Sumedang pasti yang ada di benak kita ketika kulineran di sana adalah Tahu Sumedang. Tahu Sumedang sudah menjadi icon kuliner Sumedang sejak tahun 1990-an karena dikenal dengan cita rasanya yang lezat dan unik. Namun ada kisah menarik di balik terkenalnya Tahu Sumedang yang pasti jarang kalian tahu.

Ong Bun Keng adalah sosok di balik kepopuleran Tahu Sumedang atau Tahu Bungkeng. Pencetus pertama resep Tahu Sumedang adalah Ong Kino yang merupakan ayah dari Oeng Bun Ken, awal mulanya Ong Kino membuka usaha berjualan keripik dari tapioka singkong. Tahun 1917 merupakan tahun pertama pembuatan Tahu Bungkeng, pada saat itu pembuatan tahu masih menggunakan cara tradisional, yaitu dengan cara menggiling kedelai dengan gilingan batu. Setelah Ong Kino pulang ke Tiongkok, usahanya diserahkan kepada Ong Bun Keng.

“Saat itu, kakek saya mencoba memproduksi tahu. Karena masih coba-coba, sehingga tahu yang diproduksinya sedikit. Apalagi kala itu orang Sunda belum suka makan tahu buatan etnis Tionghoa” menurut penuturan Suryadi cucu dari Ong Bun Keng.

Ada yang menarik dari cerita sejarah Tahu Sumedang ini. Sekitar tahun 1928, Ong Bun Keng didatangi oleh Bupati Sumedang Pangeran Soeria Atmadja. Saat itu beliau sedang mengendarai dokar menuju Situraja. Setelah melihat bentuknya yang unik dan aromanya yang menggugah selera, beliau pun turun untuk mengetahui jenis makanan yang sedang digoreng. Pangeran Soeria Atmadja pun menyapa Ong Bun Keng dan bertanya “Maneh keur ngagoreng naon? (Kamu sedang menggoreng apa?)”, Ong Bun Keng kemudian menjelaskan bahwa makanan yang digorengnya adalah tou fu, makanan ini berasal dari negeri kelahirannya, Cina. Pangeran Soeria Atmadja pun penasaran dan langsung mencicipi makanan yang pertama kali dilihatnya. Usai mencicipi dengan spontan ia berkata “Enak geuning tahu teh. Lamun maneh terus ngajual dagangan maneh bakal payu (Enak ternyata tahu itu, ya. Kalau kamu terus menjual dagangan ini, pasti akan laku. Setelah kejadian itu perlahan tapi pasti pamor tou fu Cina atau yang sekarang dikenal sebagai Tahu Sumedang mulai naik.

Pangeran Soeria Aria Atmadja Bupati Sumedang Tahun 1928
(sumber foto: http://smkpangeranariasoeriaatmadja.blogspot.com)

Apabila sekarang Tahu Bungkeng banyak dicari, dulu keadaannya berbeda. Sekitar tahun 1950-an, tahu goreng garing belum sepopuler sekarang. Ong Bun Keng menyasar konsumen pengendara dan penumpang bus yang kebetulan melintas di pinggir jalan raya Bandung – Sumedang – Cirebon. Saat itu, Tahu Bungkeng dibuat 500 buah per hari. Harganya hanya 5 sen per tahu. Kini rata-rata harga tahu Sumedang Rp. 500 – Rp. 600 per buah.

Mulai tahun 1970 hingga 1980 usaha Tahu Bungkeng mulai berkembang, di mana  mampu memproduksi 2000 hingga 3000 potong tahu per hari. Tahun 1992 merupakan masa keemasannya di mana ia mampu memproduksi 7000 potong tahu per hari.

Kemudian sejak tahun 1996 Tahu Bungkeng diteruskan oleh Ong Yu Kim yang merupakan anak dari Ong Bun Keng. Berbagai teknologi modern pun mulai diterapkan oleh Yu Kim untuk efisiensi produksi tahu. Ia mangganti penggilingan batu bertenaga oto manusia menjadi mesin berbahan bakar solar. Mesin itu memberi kemudahan produksi tahu yang lebih banyak dengan waktu lebih singkat. Kapasitas produksi meningkat, dari 500 potong tahu per hari menjadi 5.000 potong per hari. 

Toko Tahu Bungkeng terletak  di Jalan Sebelas April  No. 53  Sumedang. Setiap hari toko ini selalu ramai dikunjungi orang dari berbagai daerah.

Banyak mantan pekerjanya bekerja di tempat lain. Hal itu membuat cara pembuatan tahu yang dipelajari di tokonya menyebar ke berbagai daerah di Sumedang. Akan tetapi, Yu Kim tidak ambil pusing dengan banyak toko penjual tahu di Sumedang. Ia bahkan senang kuliner keluarganya bisa melanglang buana ke berbagai daerah dan berguna bagi banyak orang.

Kini,tongkat estafet diserakan kepada Suriadi, Yu Kim menikmati kesetiaan menjaga warisan keluarga itu. Lima dari tujuh anaknya menempuh pendidikan di Amerika Serikat. Salah seorang cucunya telah merampungkan kuliahnya di Amerika Serikat.

Tidak hanya itu, ia melihat banyak orang Sumedang juga hidup sejahtera dari Tahu Sumedang. Mereka bekerja sebagai perajin dan penjual tahu yang semua embrionya hadir saat Ong Kino meracik resepnya 100 tahun lalu.

“Semoga tahu sumedang bisa terus hidup, memberi bahagia dan sejahtera bagi semua orang,” ujar Ong Yu Kim.

Tahu Sumedang kini menjadi icon kuliner kota Sumedang yang terkenal ke berbagai daerah di Indonesia, serta menjadi penggerak roda ekonomi di sana.


Sumber:

Buku Membuat Tahu Sumedang ala Bungkeng

Buku Tokoh-tokoh Etnis Tionghoa di Indones

Pikiran Rakyat

Universitas Ciputra


Artikel Sebelumnya

Ubi Cilembu yang Melegenda

Artikel Selanjutnya

Mengenal Doli-Doli Hagita Alat Musik Membranophone dari Nias

Tidak Ada Komentar

Tinggalkan komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.