#KodeNusantaraBlog

Mengenal Tari Api Barru

Seni tari adalah seni yang berasal dari gerakan tubuh berirama yang biasanya diiringi dengan seni musik. Kali ini akan menjelaskan tentang Tari Sere Api dan Iringan Padendang. Sere Api atau Massere Api berasal dari bahasa Bugis yang berarti bergerak/menari di dalam kobaran api. Keberadaan Sere Api diketahui sejak tahun 1920 tepatnya di Desa Gattareng, Kecamatan Pujananting, Kabupaten Barru. Sere Api berkembang dan muncul pertama kali di Dusun Lempang, Desa Gattareng. Keberadaan Sere Api sampai sekarang belum diketahui siapa penciptanya karena menurut masyarakat di wilayah tersebut, Sere Api lahir secara spontanitas sejak nenek moyang hingga sekarang.

Tari Sere Api ini adalah ritual tahunan masyarakat Desa Gattareng yang berfungsi sebagai alat atau sarana komunikasi kepada Dewi Padi “Sang Hyang Sri” dan sebagai perayaan rasa syukur atas hasil cocok tanam yang akan segera dipanen. Selain sebagai media hiburan, Sere Api juga mempunyai fungsi sosial, sebab Sere Api dapat mempererat hubungan silaturahmi dan hubungan emosional antar warga setempat. Lebih lanjut diketahui, selain menarik perhatian penikmat, Tari Sere Api juga mempunyai makna penting di dalam sebuah arti kehidupan. Bagi masyarakat Desa Gattareng Mappadendang dan Sere Api menjadi bagian dari cara mereka menghayati dunianya yang dihidupi dari mengolah kebun dan bertani.

PELAKSANAAN PERTUNJUKAN SERE API

Penari Sere Api merupakan keturunan dari Tomatoa Malebi’ta yang artinya sudah menjadi keturunan dari orang tua yang berada sangat di atas. Pada dasarnya, Tari Sere Api ini berhubungan dengan kekebalan tubuh terhadap panasnya api. Ilmu kekebalan tubuh ini diwariskan oleh petua-petua yang masih hidup terdahulunya.

Adanya rasa syukur yang ingin disampaikan kepada Puang Allah Ta’ala (Allah swt.) dan ucapan terima kasih kepada Sang Hyang Sri (sebutan untuk Dewi Padi yang keberadaannya masih menjadi kepercayaan masyarakat Desa Gattareng) oleh masyarakat di Desa Gattareng inilah yang menjadi muasal munculnya Tari Sere Api yang dilaksanakan pada setiap tahunnya.

Prosesi pelaksanaan pertunjukan pesta panen yang dimulai dari Ma’bette’ (membuat Bette’/ emping padi), Ma’baca-baca, dan dilanjutkan dengan pertunjukan Sere Api yang diiringi musik Padendang.

Pertunjukan Sere Api pada dasarnya dilaksanakan setiap satu tahun satu kali pada saat musim panen akan tiba, namun tidak menutup kemungkinan Sere Api dapat dilaksanakan lebih dari satu kali dalam satu tahun apabila ada acara besar, seperti HUT Kabupaten Barru dan pesta penyambutan Kepala-kepala Pemerintahan yang berkunjung ke Desa Gattareng. Struktur pertunjukan Sere Api terkait dengan Mappadendang, yaitu melakukan prosesi awal dengan Ma’baca-baca doa salama’ kemudian dilanjutkan dengan pembukaan yang dibuka oleh kepala Desa kemudian pertunjukan Sere Api dapat dilaksanakan.

Pertunjukan Sere Api sangat akrab dengan kondisi sosial masyarakat setempat, mulai dari berlangsungnya pertunjukan sampai selesainya pertunjukan. Mengapa demikian, karena ikatan komunitas desa tersebut sangat kuat. Oleh karena itu, masyarakat Desa Gattareng menyusun segala prosesi pelaksanaan yang diuraikan dalam bentuk komponen-komponen Sere Api.

Sere Api memang sudah menjadi ciri khas Kabupaten Barru, jika musim panen tiba dan hasil sesuai dengan pengharapan para petani, mereka akan tetap melaksanakan upacara atau ritual Sere Api dengan menyertakan sajian makanan Bette dari padi yang telah ditumbuk kemudian dicampurkan dengan kelapa dan gula merah.

Berikut komponen-komponen yang akan diuraikan tentang pertunjukan Sere Api, yang dimulai dari pendukung (penari, dukun, pemusik, dan pemangku adat). Pemain berjumlah 8 hingga 12 orang, yang terdiri enam orang laki-laki dan enam orang perempuan, enam orang laki-laki sebagai Passere Api (penari sedangkan untuk enam orang perempuan sebagai Ana’ Padenda’ (pemain musik lesung). Dukun yang dimaksud adalah pemangku adat selaku yang dituakan untuk memulai pertunjukan Sere Api. Pemusik yang terdiri dari 12 orang, enam orang perempuan yang dikatakan Ana’ Padenda’ dan enam orang laki-laki yang dikatakan Passere Api. Khusus untuk pemusik laki-laki yang berjumlah enam orang, merangkap sebagai penari dalam pertunjukan Sere Api, dan pemangku adat, yaitu selaku Pa’bacabaca (atau yang memberikan Baca yang berupa mantra dan do’a).

  1. Ma’bette (Pembuatan Makanan Khas untuk Pesta Panen)
  2. Massuro Baca
  3. Ma’Baca Doang Nabi (Doa Keselamatan Nabi)
  4. Sere Api yang Diiringi Musik Padendang

RAGAM GERAK PERTUNJUKAN SERE API

  1. Mappalua’ Api (Menyalakan Api)

Para penari Sere Api sudah mempersiapkan kayu yang akan dibakar nantinya, kemudian salah seorang yang berperan penting dalam pertunjukan Sere Api akan menyalakan api, mulai dari menyusun kayu-kayu membentuk kerucut dan menyiramnya dengan minyak tanah, dan penari Sere Api mengambil Alunya (pemukul lesung) masing-masing dan siap untuk melakukan pertunjukan. Makna dari api yang dinyalakan, yaitu sebagai semangat hidup masyarakat yang diharapkan berkobar seperti api tersebut.

  • Mallu’da (Menumbuk)

Bagian ini, jumlah penari dalam pertunjukan Sere Api, yaitu sebanyak 12 orang, enam orang perempuan sebagai Ana’ Padenda’ dan enam orang penari laki-laki sebagai Pa’Sere Api, ketika api dinyalakan semua penari mulai Mallu’da atau menumbuk lesung dengan riang dan semangat, dengan susunan, perempuan dibagi menjadi dua dan saling berhadapan, begitu pula Pa’Sere Api dibagi menjadi dua bagian kanan dan kiri lesung.

Adapun bagian ini lesung dibunyikan yang berirama dengan penuh suka cita. Masyarakat pun bersorak, bertepuk tangan, dan memberi semangat, penari laki-laki pun meninggalkan lesung dan bergerak dengan keinginannya sendiri (improvisasi) sambil mengikuti suara lesung Ana’ padenda’. Kemudian penari laki-laki memasuki tempat pertunjukan dengan memegang alu sebelah kanan dan tangan kiri sambil mengayunkan tangan begitupun sebaliknya, dan badan tegak dan membungkuk sambil melihat kobaran api, itu dilakukan berulang-ulang kali.

  • Mammenca (Improvisasi Gerak Tangan dan Kaki Menyerupai Silat)

Pa’Sere Api melakukan gerak improvisasi tangan dan kaki yang menyerupai silat atau gerak bela diri, maknanya untuk hidup di dunia ini harus bekerja giat. Sesekali penari masuk ke dalam kobaran api yang sangat besar saling bergantian dan penari memegang alu sambil mannampu’ atau menumbuk lesung dengan nada yang berbeda. Bahkan dalam bagian ini penari laki-laki melakukan atraksi dengan mengambil kobaran api dan memasukkan ke dalam mulutnya dan ada juga menginjak-injakan kakinya ke dalam kobaran api yang besar. Makna dari gerakan ini, yaitu melawan semua hal-hal buruk yang mungkin saja bisa mengganggu hasil panen dan menjadi malapetaka bagi masyarakat.

  • Ma’dese Api (Menginjak Api)

Penari Sere Api masuk ke dalam kobaran api yang besar kemudian membuat atraksi-atraksi di atas susunan kayu dan bara api. Penari menginjak-injakkan kakinya ke bara api sambil memegang alu dengan gerak seperti silat, hal ini dilakukan berulang-ulang kali. Apabila kobaran apinya telah padam penari kembali ke lesung dan mannampu’ dengan irama yang khas dan seseorang akan kembali menyalakan api. Makna dari gerakan ini, yaitu untuk menghapus segala sifat buruk dan emosi yang terlalu membara-bara agar hidup masyarakat menjadi semakin membaik.

  • Mappakaraja (Memberi Penghormatan)

Mappakaraja, yaitu memberi penghormatan kepada semua masyarakat yang menonton dan melihat pertunjukan bahwa pertunjukan Sere Api telah usai, dengan mengililingi lesung. Tanda-tanda bahwa pertunjukan Sere Api akan selesai lesung dikelilingi sebanyak 2 kali, kemudian sambil penari masih atraksi lesung kemudian dikelilingi hanya 1 kali dan itu pertanda pertunjukan Sere Api telah selesai.

Suatu keunikan jika pertunjukan Sere Api terus dilaksanakan dan dilestarikan, sebagai bentuk cakrawala Nusantara dalam mengembangkan kekayaan etnik nusantara.


Sumber:

PDBI – Tari Sere Api dan Iringan Padendang

Artikel Sebelumnya

Perang untuk Bertoleransi?

Artikel Selanjutnya

Cindua Mato, Hikayat Minang tentang Kecerdikan

Tidak Ada Komentar

Tinggalkan komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.