BeritaBlog

Ritual Chit Ngiat Pan, Sembahyang Rebut Tradisi Tionghoa

Sembahyang Rebut atau yang sering di sebut Chit Ngiat Pan dalam Bahasa Hakka dimana “Chit” yang berarti “Tujuh”, “Ngiat” yang juga bermakna “Bulan”, dan “Pan” yang berarti “Setengah” atau “Sebagian”. Sehingga Sembahyang Rebut merupakan salah satu warisan budaya Tionghoa yang jatuh pada bulan 7 tanggal 15 penanggalan kalender cina. Sembahyang Rebut masih dilakukan hingga kini. Beberapa daerah di Indonesia yang masih menjalani ritual adat ini setiap tahunnya adalah Palembang, Kepulauan Bangka Belitung, Singkawang, Semarang, dan masih banyak lagi. Adat kepercayaan warga Tionghoa mempercayai bahwa pada Chit Ngiat Pan pintu akherat terbuka lebar dimana arwah-arwah yang berada di dalamnya keluar dan bergentayangan. Arwah-arwah tersebut turun ke dunia ada yang pulang ke rumah keluarganya ada pula yang turun dengan keadaan terlantar dan tidak terawat, sehingga para manusia akan menyiapkan ritual khusus untuk diberikan kepada arwah yang terlantar tersebut. Selain itu juga disediakan rumah-rumahan yang terbuat dari kertas, uang dari kertas dan baju-baju dari kertas pula. Barang-barang tersebut di buat memang diperuntukkan bagi para arwah.

Kemeriahan Festival Chit Ngiat Pan

Biasanya ritual akan diadakan di kelenteng dimana puluhan umat memanjatkan panjatan doa keselamatan dan keberkahan kepada Dewa Dewi penjuru. Selain dikunjungi oleh warga Tionghoa yang memang ingin mengikuti ritual sembayang, juga datang warga lainnya yang memang sekedar ingin menyaksikan ritual yang dipenuhi dengan nuansa mistis ini. Inilah salah satu contoh potret kerukunan umat beragama yang masih di pertahankan dengan baik.

Sembahyang Leluhur sehari sebelum Chit Ngiat Pan

Sehari sebelum Sembahyang Rebut, yaitu pada tgl 14-7 Kalender cina, warga Tionghoa berbondong-bondong melakukan ibadah dirumah masing-masing untuk menghormati leluhur, Mereka mengirimkan dan memanjatkan doa kepada leluhur dan orang tua yg telah meninggal. Ini sebagai wujud bakti bahwa tak ada yang dapat memisahkan hubungan orang tua, anak, cucu dan generasi berikutnya.

Proses Pembakaran ruamah-rumahan

Pada hari ritual, biasanya akan disediakan berbagai jamuan sesaji yang tersusun rapi di altar-altar kelenteng. Jamuan tersebut biasanya diletakkan diatas bangunan khusus yang terbuat dari kayu dan papan. Terkadang dibuat dalam 2 tingkatan yang di taruh di dalam kelenteng maupun disekitaran halaman kelenteng. Terdapat juga patung Dewa Akherat Thai Se Ja yang dibuat dalam ukuran besar, serta beberapa patung Dewa Dewi lainnya. Thai Se Ja dipercaya bertugas utk mencatat nama-nama arwah yang akan berangkat beserta barang bawaan (sajian) yang dibawa. Dari sore hingga malam, warga datang untuk bersembahyang dan berdoa, tak jarang acara ini juga merupakan sarana untuk mengeratkan tali silaturahmi antar umat di samping sembari menunggu ritual Chiong Si Ku (Perebutan) yang merupakan puncak dari acara.

Patung Thai Se Ja

Tepat tengah malam, jamuan-jamuan yang dihidangkan sudah dirasa cukup dinikmati oleh para arwah, selanjutnya seorang tetua agama akan membaca mantra dan meminta izin kepada para Dewa untuk menyelesaikan prosesi ritual. Setelah itu ritual dilanjutkan dengan upacara rebutan sesaji yang berada di atas altar persembahan. Ada kepercayaan bahwa para peserta yang ikut prosesi rebutan akan mendapatkan bala apabila tidak mendapatkan apa-apa. Acara puncak pun di lanjutan dengan prosesi pembakaran patung Sang Dewa Akherat Thai Se Ja (sosok yang di gambarkan seperti raksasa seram yang sedang duduk dengan mata melotot). Acara puncak ini juga menandakan bahwa arwah-arwah telah dibawa kembali oleh Thai Se Ja kembali ke dunia akherat. Pada hakekatnya, ritual acara sembahyang rebut ini menurut adat kepercayaan warga Tionghoa bertujuan untuk saling membantu dan menghormati arwah leluhur.

Artikel Sebelumnya

Internship Sobat Budaya Foundation Regional Bandung

Artikel Selanjutnya

Lima Tempat Wisata Budaya Yang Wajib Dikunjungi di Bali

Tidak Ada Komentar

Tinggalkan komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.